Sunday, November 15, 2009

Telesurgery, masa depan dunia medis



Kemajuan dunia teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh pengguna internet saja. Kini, kemajuan itu ikut pula dirasakan oleh dunia kedokteran. Salah satu terobosan tersebut adalah fasilitas Remote Surgery. Teorinya, dengan adanya fasilitas ini, seorang dokter di Jakarta dapat melakukan operasi kepada pasiennya di Papua hanya dengan bantuan koneksi internet dan robot.

Apa sebenarnya Remote Surgery? Remote Surgery atau telesurgery, adalah kemampuan bagi dokter untuk melakukan operasi kepada seorang pasien dari tempat yang berbeda. Telesurgery merupakan perpaduan dari elemen-elemen robotik, koneksi data berkecepatan tinggi dan elemen-elemen sistem informasi manajemen. Telesurgery yang pertama kali dilakukan terjadi pada tanggal 7 September 2001, Dr Jacques Marescaux dari New York melakukan operasi gallbladder kepada seorang pasien yang terletak 6.230 km jauhnya, tepatnya di Strasbourg, Perancis. Operasi ini dinamakan Project Lindbergh, didasarkan dari Charles Lindbergh, seorang pionir penerbangan translantic dari New York ke Paris. Operasi ini dilakukan menggunakan jalur fiberoptic untuk memastikan terjaminnya konektivitas dan meminimalkan waktu tunda.

Sampai sekarang, telesurgery telah dilakukan berulang kali di berbagai tempat. Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah membuat ruangan remote surgery menjadi sangat dispesialisasikan. Di Advanced Sirgical Technology Centre di Mt. Sinai hospital di Toronto, Canada misalnya, ruang operasi dapat merespon perintah suara ahli bedah untuk mengontrol barbagai peralatan yang terdapat dalam ruang operasi, termasuk pencahayaan, posisi meja bedah, dan peralatan bedah itu sendiri.

Saat ini, telesurgery bukan sebuah teknologi yang dapat tersebar luas dengan mudah, hal ini dikarenakan tidak adanya dukungan dari pemerintah. Sebelum diterima dalam skala yang kebih luas, banyak isu-isu yang harus diselesaikan. Misalnya pembuatan protokol klinik, pelatihan, dan kecocokan peralatan secara global harus dikembangkan. Selain itu, kehadiran anesthesiologist dan ahli bedah cadangan pada tempat operasi masih diperlukan seandainya terjadi gangguan komunikasi atau malfungsi robot.

Ketersediaan bandwidth yang besar dan komputer yang mendukung juga merupakan salah satu kunci utama keberhasilan proses telesurgery ini. Di Indonesia, belum semua daerah dapat merasakan koneksi internet cepat apalagi memiliki peralatan robotik yang wajib dimiliki apabila ingin melakukan operasi ini. Seorang ahli bedah di Jakarta tidak dapat melaksanakan operasi terhadap pasiennya di Papua dikarenakan tidak adanya koneksi internet dan peralatan yang mendukung. Hal ini , merupakan salah satu alasan mengapa telesurgery masih belum dapat diterapkan secara maksimal di Indonesia. Namun dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, diharapkan telesurgery tidak hanya dapat dinikmati di kota-kota besar, namun juga dapat dinikmati di tempat-tempat terpencil.

1 comment:

  1. New to 1xBet - Welcome bonus up to €500 plus a 100 free spins
    안성 출장마사지 how-to-play-casino-gens 익산 출장샵 서귀포 출장마사지1xbet login how-to-play-casino-gens 군포 출장마사지

    ReplyDelete